Anak Terlambat Berbicara, Bisa Jadi karena Pengasuhan Salah Orang Tua

Orang tua jangan memberikan kasih sayang negatif yang justru menyebabkan anak mengalami gangguan perkembangan, salah satunya terlambat berbicara. Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) cabang Jawa Tengah, Fitri Hartanto, mengatakan membiarkan anak yang seharusnya sudah belajar bicara hanya tinggal menunjuk sesuatu tanpa mengatakan sepatah kata pun bisa menjadi contoh kasih sayang negatif.

“Pada saat harusnya belajar, dia tidak diberi kesempatan belajar. Misalnya, dia harusnya belajar berbicara, kalau mau mau minum dia harus bilang minum. Namun, pada saat anak ini sudah sering sekali dilayani, dia ingin sesuatu tinggal tunjuk atau menarik tangan orang tua. Orang tua sudah tahu anak ini minta minum,” katanya.

Walau ada kesan kebiasaan langsung memberikan apa yang anak tunjuk dapat memudahkannya, akhirnya malah bisa berujung keterlambatan bicara.

“Bagi orang tua, dikasih minum langsung. Tetapi hal ini tidak memberikan kesempatan anak belajar bicara. Yang terjadi nanti, keterlambatan bicara,” tutur dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang itu.

Menurut Fitri, pola asuh yang permisif ini juga dapat menyebabkan gangguan perilaku anak. Anak terbiasa mendapatkan semua yang diinginkan. Tetapi, karena tidak diberikan pembelajaran, saat tak mendapatkan apa yang diinginkan, maka dia cukup menangis.

“Kalau kita tidak berikan pembelajaran yang benar maka gangguan perilaku tantrum akan terjadi pada anak sehingga berikan kasih sayang positif,” ujarnya.

Fitri mengingatkan, selain kasih sayang, agar anak bisa tumbuh, berkembang, dan potensi genetiknya optimal, maka dia juga membutuhkan asupan nutrisi yang cukup seperti makanan, cairan, serta lingkungan sehat, termasuk kondisi rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik. Selain itu, jangan lupa memberi stimulasi sesuai usia dan memantau kesehatannya.

“Bagaimana mungkin anak dipenuhi nutrisinya saja. Diberikan asupan makanan saja, tetapi tidak distimulasi, maka tak akan optimal potensi genetiknya,” katanya.

Menurut IDAI, ada beberapa tahapan perkembangan bicara anak normal. Anak usia 0-6 bulan misalnya, baru dapat membuat suara-suara seperti aah atau uuh yang dikenal sebagai cooing, lalu berkembang menjadi babbling atau mengoceh dengan satu kata tunggal misalnya papapapa.

Pada usia 6-12 bulan, anak mulai memahami nama-nama orang dan benda. Dia sudah bisa mengucapkan satu kata, misalnya mama dan papa. Saat usianya berada pada rentang 12-18 bulan, dia sudah bisa mengucapkan 3-6 kata dengan kosakata 5-50 kata.

Untuk mengoptimalkan perkembangan bicara dan bahasa anak, Amanda Soebadi dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI – RSCM menyarankan Anda rajin berbicara dan berkomunikasi dengan anak, dimulai pada masa bayi. Kapan pun, di mana pun berada bersama anak, katakanlah apa yang sedang terjadi, yang sedang dilakukan, dan sebutkan nama benda-benda yang ditemui.

Menurut Amanda, seperti dikutip dari laman resmi IDAI, walau bayi yang sangat muda belum bisa berbicara, kata-kata yang didengarnya akan menjadi bekal dalam perkembangan anak bicara dan bahasanya. Selanjutnya, Anda juga bisa membacakan cerita. Kegiatan ini bisa menjadi cara yang baik untuk meningkatkan kosakata anak.

Bayi dan anak kecil biasanya tertarik pada cerita yang bersajak. Sambil membaca, cobalah ajak anak menunjuk gambar dan menyebut nama benda yang ditunjuk.

Awas, kasih sayang keliru dari orang tua justru menyebabkan keterlambatan berbicara pada anak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *